Teens School of Mission (TSOM) Keuskupan Bogor merupakan sebuah program dari Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) yang dilaksanakan untuk menumbuhkan jiwa misioner bagi remaja Katolik di Keuskupan Bogor.
Pertemuan T-SOM kali ini diadakan pada Sabtu-Minggu, tanggal 2-3 November 2024, bertempat di Wisma Pangestu, Cicurug. Peserta T-SOM yang hadir berjumlah 47 orang dengan rentang usia 13-15 tahun, dan berasal dari perwakilan setiap paroki. Mereka memperoleh pembinaan bertingkat serta berkelanjutan selama satu tahun penuh.
Sabtu, 2 November 2024
Pertemuan T-SOM hari pertama mulai. Rasanya senang sekali bisa bertemu kembali dengan banyak teman dari beberapa paroki. Aku merasa sangat senang dan bersyukur karena dapat berdinamika dan dibentuk kembali bersama teman-teman yang aku sayangi.
Kegiatan T-SOM diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh teman T-SOM dari Paroki Hati Kudus Yesus, Jonggol. Usai berdoa, kami berlatih jingle T-SOM untuk penampilan di Paroki Hati Maria Tak Bernoda, Cicurug.
Setelah berlatih untuk kirab misi di Paroki Hati Maria Tak Bernoda, Cicurug, aku dan Aira memimpin teman-teman untuk ice breaking pertama. Kami bermain game mencari teman, lalu berkenalan sambil bernyanyi “Apa Kabar”. Tujuannya, agar teman-teman bisa saling berkenalan satu sama lain. Cara bermainnya, di akhir nyanyian “Apa Kabar” kami melontarkan clue atau ketentuan. Contoh, “tiga orang dengan teman beda paroki”, “lima orang dengan teman satu dekanat”, dan seterusnya. Di akhir permainan, kami menarik beberapa teman untuk bercerita dengan siapa saja mereka berkenalan.
Kegiatan selanjutnya, kami bersama-sama mendengarkan materi tentang Arwah Orang Beriman yang akan dipaparkan oleh Romo Mario. Sebelumnya, Romo Mario meminta kami untuk menulis doa. Selanjutnya kami (5 orang) diminta maju dan membacakan doa yang sudah kami tulis.
Usai doa kami bacakan, Romo Mario mulai memaparkan materinya. “Api penyucian adalah suatu keadaan sementara bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal, namun belum sepenuhnya siap untuk masuk surga karena masih ada keterikatan dengan dosa. Tujuan kita untuk mendoakan arwah orang beriman adalah untuk meringankan penderitaan jiwa-jiwa di api penyucian dan segera masuk ke dalam surga.”
Paparan materi pertama dari Romo Mario selesai, dilanjutkan makan siang bersama. Usai istirahat makan siang, kami bersama-sama berjalan kaki ke Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug. Perjalanan tidak jauh tetapi melewati jembatan yang sangat tinggi. Kami harus menanjak dan menuruni jembatan yang panjang di tengah teriknya matahari.
Kami mengikuti seluruh rangkaian kirab misi dari awal sampai akhir. Di Paroki Hati Maria Tak Bernoda, kami mengisi acara dengan gerak dan lagu jingle T-SOM. Sebelumnya, teman kami, Andrea menjelaskan dan menceritakan sedikit mengenai apa itu T-SOM, bagaimana awal mulanya T-SOM, dan pengalamannya selama mengikuti T-SOM nasional angkatan ke-4.
Ice breaking kedua berakhir, kami ditugaskan untuk melakukan refleksi tentang rangkaian kegiatan pada hari itu. Sebelumnya, Romo Mario sempat memberikan sedikit penjelasan tentang bagaimana menulis refleksi yang baik dan benar.
Refleksi selesai, kami berdoa Rosario bersama dipimpin oleh teman kami dari Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung. Kami mendoakan semua benua yang dihuni manusia dengan Rosario Misioner. HIJAU untuk hutan dan padang rumput AFRIKA. BIRU untuk lautan yang mengelilingi PULAU-PULAU PASIFIK. PUTIH melambangkan EROPA, tempat kedudukan Bapa Suci, gembala dunia. MERAH mengingatkan kita pada api iman yang membawa para misionaris ke AMERIKA. KUNING cahaya pagi dari Timur, untuk ASIA.
Seluruh rangkaian acara T-SOM hari pertama selesai pukul 23.00. Kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Minggu, 3 November 2024
Kami mengawali hari kedua dengan doa pagi bersama sekitar pukul 06.00 pagi, di aula. Doa dipimpin oleh teman kami dari Paroki Santa Faustina Kowalska, Tajur Halang. Usai doa pagi, kami senam bersama di tengah taman, dipandu oleh teman kami dari Paroki Keluarga Kudus, Cibinong. Senam pinguin dilanjutkan dengan senam kakak main salah.
Setelah doa pagi dan senam bersama, kami kembali ke kamar masing-masing. Ada yang mandi, dan ada yang makan terlebih dahulu. Pukul 08.00, kami kumpul kembali di aula untuk melakukan ice breaking dipandu oleh teman kami dari Paroki Kristus Raja, Serang. Kemudian dilanjutkan pemaparan materi kedua mengenai KKM oleh Romo Mario.
Romo Mario menjelaskan tentang T-SOM dan tugas Karya Kepausan Misioner. “T-SOM adalah wadah bagi anak remaja. KKM adalah wadah untuk Orang Muda Katolik. Keuskupan Bogor telah menetapkan secara sah bahwa untuk Sekami Remaja batasnya hanya sampai Kelas 3 SMP atau kelas IX, lebih dari kelas IX sudah masuk dalam kategori OMK.”
Selain pencerahan dari Romo Mario, kami juga mendapat penjelasan dan nasihat dari beberapa kakak (Kak Sisca, Kak Inti, dan kakak-kakak lain) mengenai perjalanan misioner kami.
Sebagai anak misioner, kami harus bisa membagi waktu antara sekolah dan perjalanan misioner kami. Perjalanan misioner memang penting tetapi jangan menyampingkan hal yang lebih penting, yaitu sekolah. Karena anak-anak misioner adalah anak yang tangguh, bisa mengimbangi antara sekolah dan perjalanan misioner.
Sebagai anak misioner, kami juga harus bisa meyakinkan orangtua kami bahwa kami bisa menjalankan perjalanan misioner kami meskipun dengan hidup sederhana. Semisal, tidur dengan sederhana tidak beralas kasur, makan sederhana dan dihabiskan, serta menggunakan gadget seperlunya.
Selanjutnya, kami semua berdiskusi mengenai persiapan pameran misi untuk acara puncak peringatan ulang tahun Keuskupan Bogor yang nanti akan dilaksanakan di Paroki St. Joseph Sukabumi. Selesai berdiskusi, kami makan siang dan persiapan pulang.
“Apapun yang kamu kerjakan dengan tulus hati, maka hasilnya akan berbuah banyak dan sangat baik.” -Romo Mario
Penulis : Cecil
Editor : Komsos PSA