Rekoleksi diawali dengan Ibadat pembukaan dan Doa Sinode. Kemudian dilanjutkan sesi Narasi Refleksi Lingkungan Hidup, tentang kerusakan bumi dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Ada banyak peristiwa dan aktivitas yang telah kita lihat, dengar, lakukan secara rutin, mungkin tanpa disadari telah “menyakiti” bumi (sebagai rumah besar kita) dan “merusak” lingkungan. Ada beberapa pertanyaan reflektif patut “direnungkan dan dijawab”; Apakah kita sudah sungguh menghargai alam dan lingkungan sebagai Saudara dan Saudari kita? Apakah selama ini di dalam gereja telah terbangun semangat “jalan berama” untuk menyelamatkan alam? Refleksi ini bertujuan menumbuhkan komitmen, kesanggupan, dan semangat kita “jalan bersama” dalam merawat, menjaga, dan menyelamatkan bumi serta lingkungan hidup.
Usai mendengarkan Narasi Refleksi Lingkungan Hidup, diteruskan Doa dan renungan pribadi. Mohon penyertaan dan bimbingan terang Roh Kudus. Sebagai proses perenungan dan analisis terhadap diri sendiri (pribadi) tentang kebiasaan, pikiran, perasaan, dan tindakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Memasuki sesi sharing, 92 orang peserta dibagi empat “kelompok sharing”, masing-masing 23 orang. Setiap kelompok sharing dipandu oleh tim fasilitator dari Keuskupan Bogor, antara lain Thomas Suhardjono, Yuliana Rini Dwi Yuliandari, Yohanes Don Bosco, dan Agus Muhardi. Dalam kelompok sharing, setiap peserta diberi kesempatan berbagi cerita tentang pengalaman hidup dan harapan yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup. Tidak ada “monopoli bicara” maupun “perbantahan”. Maklum bukan “ajang berdebat”, melainkan “ruang perenungan bersama” berkaitan problematika lingkungan hidup. Fasilitator bertugas memandu dan mengarahkan setiap peserta sharing untuk bisa mengungkapkan pengalamannya.
Para peserta berpartisipasi dengan penuh iman dan kegembiraan. Masing-masing peserta mengungkap kembali “pengalaman hidup” yang mereka dengar, lihat, alami, atau dilakukan sendiri yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup. Pengalaman iman dan kehidupan mereka itulah yang menjadi obyek sharing dalam rekoleksi kali ini. Pengalaman mereka cukup beragam (dalam koridor tema Lingkungan Hidup), antara lain pengalaman membuat ecoenzyme dari limbah kulit buah dan sayur, berkebun tanaman hias dan sayuran dalam pot, masalah sampah dapur, pembuatan kompos sampah organik rumah tangga, biopori dan sumur resapan, pemisahan sampah organik dan non-organik, pengelolaan sampah (reduce, reuse, recycle), dll.
Berdasarkan rangkuman cerita pengalaman mereka, ada dua golongan “karakter” (perilaku). Pertama, karakter peduli (menghargai) alam sekitar atau lingkungan : tidak buang sampang sembarangan, memilah sampah organik dan non-organik, menanam dan merawat tanaman (hias, sayur, buah), mengurangi pemakaian plastik/tisu, mengolah sampah organik jadi kompos dan ecoenzyme, bersihkan sampah di parit, membuat biopori, mengolah minyak jelantah jadi biodiesel dan sabun, tampung air hujan (untuk cuci kendaraan, siram tanaman), reuse dan recycle sampah non-organik. Kedua, karakter tidak peduli lingkungan : membuang sampah sembarangan (ke sungai, selokan), membakar sampah, masih pakai kantong plastik, tebang pohon. Membuang sampah ke kali terutama dilakukan oleh warga kampung, yang mereka lihat.